Dunia Suram, Startup Bangkrut Membludak di Negara Ini

Jakarta, Socialinfo – Kekhawatiran akan kelesuan ekonomi global yang terus membebani pasar keuangan kini semakin terasa. Startup kembali diterpa badai kesulitan, dan banyak yang terancam gulung tikar. Menurut survei yang dilakukan oleh kelompok riset industri ScaleX Invest, semakin banyak startup di Prancis yang mengalami kebangkrutan, sebuah kenyataan yang kontras dengan ambisi besar Presiden Emmanuel Macron.

Macron, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang gencar mempromosikan Paris sebagai pusat teknologi Eropa dan pendorong utama ekonomi Prancis, tentu merasa terganggu dengan fenomena ini. Sepanjang masa kepresidenannya, Macron sering kali mengangkat citra Paris sebagai “hub teknologi” dengan harapan bisa membawa negara tersebut ke posisi terdepan dalam industri digital global.

Salah satu bukti ambisi besar tersebut adalah kehadiran inkubator startup Station F di Paris, yang sering dipuji sebagai contoh sukses pesatnya perkembangan industri startup di Prancis. Selain itu, Prancis juga baru saja menggelar AI Summit internasional pada Februari lalu, yang berhasil menarik komitmen investasi sebesar 110 miliar euro (setara dengan Rp1.809 triliun), seperti yang dikutip dari Reuters pada Rabu (12/3/2025).

Namun, di balik berbagai pencapaian tersebut, laporan terbaru dari ScaleX Invest menunjukkan fakta yang jauh lebih suram. Banyak startup Prancis yang kini terancam gulung tikar. Dari 1.487 startup teknologi yang dianalisis, sekitar 10,4% di antaranya berada dalam risiko tinggi kebangkrutan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah startup yang berhasil mendapatkan pendanaan seri A.

Salah satu contoh mencolok adalah Ynsect, sebuah startup yang sebelumnya mengajukan rencana pengamanan pada tahun lalu dan menggunakan robotika untuk memproduksi bahan-bahan berbasis serangga. Meskipun telah mengumpulkan pendanaan yang cukup besar, startup ini juga terjebak dalam masalah keuangan yang serius.

Edouard Thibaut, Kepala Operasi ScaleX Invest, mengungkapkan bahwa kebangkrutan kini tidak hanya melanda startup yang baru berdiri, tetapi juga perusahaan yang sudah mapan. “Perusahaan yang bangkrut rata-rata telah mengumpulkan dana sebesar 32,5 juta euro (sekitar Rp638 miliar), dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, meskipun memiliki pendanaan yang cukup besar, mereka tetap gagal bertahan,” ujar Thibaut.

Menurut Thibaut, hal ini mencerminkan betapa kondisi pendanaan yang semakin ketat dan penurunan valuasi perusahaan membuat akses modal menjadi lebih sulit, bahkan bagi startup yang sebelumnya dianggap menjanjikan.

Kondisi ini menjadi gambaran jelas betapa tantangan di dunia startup semakin berat, bahkan di tengah upaya besar pemerintah untuk menjadikan Prancis sebagai pemimpin industri teknologi global.